Tak berkedip mataku perhatikan pintu itu
Tak sabar menunggu ada yang masuk
Seperti hari-hari yang lalu tak pernah jemu
Kian merasuk hingga menjadi rindu
Pintu itu mulai terbuka sedikit
Hati tak dapat lagi menahan emosi
Balok es kerinduan seperti mencair
Meski baru suara yang memecah sunyi
Berlomba-lomba untuk mendekatinya
Tak mengapa harus berdesak-desakan
Terkejut aku saat namaku disebutkan
Belum lagi sadar aku sudah di pelukannya
Air mata mengalir deras tak terasa
Mulutku tak mampu lagi bersuara
Aku tenggelam dalam pelukannya
Tercapai sudah akhir yang sempurna