just cross my mind
Sunday

Cerpen :


Dengan cepat Deden melangkah di dalam mall itu. Tak dihiraukannya sekelilingnya, karena hanya ada satu tujuan di kepalanya, yaitu sesegera mungkin sampai di bioskop!! Ketika Deden sudah berada di lantai 4, langsung terlihat bioskop itu. Matanya tertuju pada senyum manis seorang gadis mungil di depan bioskop.

“Hai…sori ya Gadis…gue telat banget nih” ujar Deden saat sudah berada di dekat gadis itu.

“Ga apa-apa kok…udah biasa hehehe” jawab Gadis dengan senyum yang masih mengembang “tapi kayaknya filmnya sudah dimulai tuh…mau nunggu jam selanjutnya atau sekarang aja nontonnya?”

“Ehm kita nontonnya nanti aja deh...sekarang kita ngobrol2 aja sekalian lu tarik nafas dulu tuh hehehe” ujar Gadis lagi, sambil menunjukkan sofa di ruang tunggu bioskop.

Deden hanya bisa mengangguk2 dan sibuk mengatur nafasnya, lalu mereka berdua duduk di sofa itu sambil asyik ngobrol2. Serasa dunia milik mereka berdua.

Sudah berkali-kali Deden selalu terlambat, tapi Gadis tetap bisa tersenyum. Inilah yang membuat Deden kagum. Masih banyak hal yang membuat Deden kagum terhadapnya.

Deden merasa beruntung bisa berkenalan dengan Gadis melalui sahabatnya Indra. Karena sudah tidak bisa menahan lagi, kemudian Deden curhat dengan Indra, diutarakannya keinginannya untuk “menembak” Gadis. Indra mendukung sekali.

Ketika merasa waktunya sudah tepat, Deden memberanikan diri menyampaikannya cintanya kepada Gadis.

“Ehm…aku belum kepikiran untuk pacaran…ga tau deh…mungkin kalo aku sudah berteman selama setahun, aku baru akan pikirkan itu…makanya sekarang aku ga bisa jawab apa2 nih, selain kita berteman aja” jawab Gadis dengan hati2.

Entah kenapa Deden merasa ada penolakkan secara halus dalam kata-kata yang diucapkan Gadis itu. Mungkin karena Deden sudah terlalu kagum dengan pribadi Gadis, sehingga Deden menjadi sensitif dalam menanggapi ucapan Gadis itu.

“Ah bego lu…uber terus dong!” jawab Indra kesal, ketika Deden curhat dengannya.

“Ehm males Dra…gue cape ah kalo musti pdkt terus…ga kuku…I’m missing her” ujar Deden dengan ketawanya yang hambar.

Sejak saat itu Deden mulai jarang bertemu lagi dengan Gadis, dan sementara Gadis juga sibuk dengan skripsinya. Sehingga tanpa sadar mereka sudah tak bertemu lagi selama setahun.

Deden benar-benar berusaha melupakan Gadis, karena ia takut kecewa. Tapi kenangan bersama Gadis memaksanya untuk menelpon Gadis, sekedar menanyakan kabarnya saja

“Gue baik-baik aja, sekarang gue udah dapat kerjaan nih” jawab Gadis riang.

“Selamat ya…hehehe traktir dong!” canda Deden “Sekalian ama traktiran ultahnya…”

“Udah telat banget masih mau minta traktir!!” omel Gadis “kadonya dulu mana?”

“Oh bener ya…gue inget bulannya doang” jawab Deden.

“Tuh temen lu si Indra yang ngajarin gue, musti ada kado dulu baru traktir dan musti seimbang harganya, kalo ga rugi gue hahahaha” ujar Gadis sambil tertawa-tawa. “Makanya lu cari kado dulu buat gue, kalo udah dapet baru deh gue traktir oke..”

Kemudian Gadis dengan riang menceritakan pengalamannya jalan sama Indra. Deden hanya bisa terdiam mendengarkan semuanya itu. Ternyata Indra jadi pengaruh buruk buat Gadis, Gadis sudah mengenal minuman keras dan pulang pagi. Sebenarnya Indra sudah punya pacar, tapi setiap jalan dia selalu minta Gadis menemaninya.

Deden kaget melihat perubahan pada Gadis. Dia masih inget ketika Gadis ultah, Gadis meminta agar hadiah untuknya berupa sumbangan bagi panti asuhan. Deden merasa kekagumannya terhadap Gadis tiba2 hilang. Gadis sekarang bukan Gadis yang dia kenal setahun yang lalu.

“Huh ini pasti gara2 Indra yang racunin Gadis!!!” geram Deden dalam hati.

Deden hanya bisa mengumpat dalam hati saja. Dia merasa tak berhak memarahi Indra, karena Gadis dan Indra sudah berteman sejak kecil.

“Nyesel gue telpon Gadis…” teriaknya dalam hati Deden, ketika menutup telponnya. “Aaaarrgghh…gue ga bisa berbuat apa2…gue emang bego…Gadis sudah menertawai dan tidak menghargai omongan gue lagi….dia sudah berubah…berubah banget…I’m really missing you Gadis!!”

Gadis sudah benar-benar hilang di hati Deden. Deden sama sekali tidak merespon ajakan Gadis yang ingin mentraktirnya jika kado buat Gadis sudah ada. Kekaguman Deden sudah hilang, berganti kekecewaan pada Gadis dan juga pada Indra. Ingin sekali Deden bertanya kepada Indra, tetapi ternyata secara diam-diam Indra telah merubah no hp-nya.

Beberapa bulan kemudian tampak hujan salju mewarnai kota New York menjelang tahun baru. Deden tampak asyik bermain salju bersama teman-temannya. Tiba-tiba terdengar bunyi telpon.

“Hai Deden…met tahun baru ya” ujar Gadis di ujung telpon.

“Hai juga…” ujar Deden kaget. Hanya kata2 itu yang bisa terlontar dari mulut Deden

“Lagi sibuk ya…aku tahu nomor ini dari mama kamu” tanya Gadis, “Gimana di sana? Dingin ya? Betah ga?”

“Ehm ga kok, lagi main salju aja…iya dingin...ehm dibetah-betahin aja lah.” ujar Deden dengan ketawa yang hambar.

Lalu mereka terlibat dalam pembicaraan yang hangat. Tak berasa sudah hampir 2 jam lamanya.

Kemudian Gadis keluar dari wartel dengan sambil berlari. Di sana ada Indra yang kebingungan mencari Gadis.

“Dari mana lu?” tanya Indra “Katanya nunggu di sebelahnya wartel?”

“Hehehe mau tahu aja lu” ujar Gadis, “udah yuk cepat kita jalan!...oh iya hari ini gue ga jadi traktir lu…ga ada duit…pokoknya lu lagi yang harus traktir gue!”

Lalu mereka berjalan menembus kegelapan malam.

Sementara dengan perlahan Deden menutup telponnya. Dia tidak lagi melanjutkan main salju dengan temannya. Lalu Deden duduk di teras dengan berulang kali menarik nafas panjang, terlihat uap udara keluar dari mulutnya. Ternyata dinginnya salju tak mampu membekukan kenangan manisnya dengan Gadis

“Kenapa sih lu telpon gue lagi, Gadis?!!” jerit Deden dalam hati “Oh my God…now I’m miss you!!”


| 3:01:00 PM




[stories] [tag] [contact] [archive]