just cross my mind
Wednesday

Cerpen II


Bar itu tampak seperti biasanya. Tampak Gadis duduk di depan seorang bartender. Mereka tampak lagi asyik ngobrol, bartender sering kali menambahkan minuman kepada Gadis. Sementara Gadis tampak riang dan lepas, sekali-sekali terdengar tawanya yang keras.

“Hahaha yang ini lebih lucu lagi, Nyo”, ujar Gadis sambil memberi isyarat agar Bartender menambah minumannya.

“Apa?” ujar Sinyo sang bartender itu sambil asyik bergoyang mengikuti irama lagu yang sedikit ngebeat.

“Si Indra …hahaha…selama beberapa bulan ini dia lagi disandera cewenya” ujar Gadis yang kadang tidak bisa menahan tawanya “Gue tahu pas telpon dia…yang angkat pembokatnya, terus pembokatnya cerita kalo mereka waktu sebelum pergi sempet berantem dan nama gue disebut-sebut…hahaha…kayaknya cewenya cembokur sama gue…hahaha…cembokur!!”

“Gimana ga cembokur, nah lu sama Indra hampir tiap malem kan ke sini” ujar Sinyo kali ini menggerak2kan tangannya seolah2 sedang main piano.

“Hahaha maksud lu gue selingkuh sama Indra” jawab Gadis “hahaha bisa ngelawak juga lu ya Nyo..hahaha”

“Eh bentar ya gue tinggal…ada pelanggan tuh” ujar Sinyo sambil menuju ke pelanggan yang baru datang “eh lu udah dong minumnya…kebanyakan tuh”

“Oke deh….bravo…buat pelawak kita…hahaha” ujar Gadis sambil bertepuk tangan.

Beberapa saat kemudian Sinyo kembali dan mendapati kepala Gadis sudah nempel di meja bartender. Sambil tersenyum Sinyo mengambil gelas Gadis dan mengelap meja. Namun mata Sinyo melihat sebuah tulisan di meja. Sepertinya ditulis Gadis dengan ujung jarinya tadi. Agak sulit Sinyo membacanya karena sudut pandangnya terbalik

“Ehm…sepertinya sebuah nama…duh ga kebaca nih” kata Sinyo dalam hati, “Gadis…Gadis…mau kibulin gue ya”



Sementara Indra sedang sibuk mencari paspornya, karena dia mau pulang ke Jakarta. Dan Dina, pacarnya, ikut membantu dengan perutnya yang sudah sedikit keliatan berisi.

“Tenang dong mas,” goda Dina,”Jangan grogi gitu..mentang-mentang mau ketemu pacarnya”

“Din, kamu tuh apa-apaan sih?!” seru Indra,”Ini kan bener-bener urusan penting. Lagian kita sudah terlalu lama disini.”

“Iya iya…ga usah pake sewot gitu” bales Dina “Sekalian ya mas nanti kita segera menikah di Jakarta”

“Tentu lah” ujar Indra “Entar apa kata bonyok lu kalo liat perut lu tuh”

Kemudian Indra menempelkan telinganya di perut Dina dengan mesra. Tak sadar mata Dina berair, Dina teringat ketika kemarin menemukan secarik kertas di saku celana Indra, yang berisi coret-coretan “Gadis gue kangen banget ama lu!!!” Dina mencoba menahan air matanya, meski selalu saja terbayang sesuatu yang pahit bakal terjadi pada dirinya.



Pagi itu, tampak bapak dan ibunya Gadis sudah siap pergi ke kantor, keduanya adalah pegawai negeri. Sementara Gadis masih tertidur di kamarnya. Ternyata suara jam beker tidak mampu membangunkannya. Baru kemudian sekitar jam 12 siang Gadis terbangun.

“Hah!!...jam 12!” seru Gadis kaget “Wah bisa dipecat nih…tapi…aduh pala gue kok berat banget nih…”

Dilihatnya ada kertas memo kecil di dekat jam beker. Lalu dibacanya.

“Pagi sayang, mama sengaja ga bangunin. Pinter ya udah mulai mabuk2an. Semalem Sinyo yang nganterin, bikin kaget orang serumah aja. Siap-siap aja entar malam denger omelan papamu. Di lemari ada nasi goreng. Mama”

“Hihihihi makasih ya mamaku sayang” ujar Gadis dengan senyum nakalnya “Ehm entar malem kemana ya?”



Malam itu terasa dingin. Gadis seperti biasa sudah menempati tempat duduknya di bar “ Sudi Mampir”. Tapi kali ini tak segelas pun minuman yang diteguknya. Gadis hanya memandangi Sinyo yang dengan lincah melayani tamunya. Tak beberapa lama kemudian Gadis memberi kode tangan kepada Sinyo, bahwa dia mau cabut dari bar itu.

Gadis melangkah perlahan meninggalkan bar “Sudi Mampir”. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya ketika berada di depan wartel, tempat dia pernah menelpon Deden. Diperiksanya dompetnya, ada 3 lembar cepe ceng. Cukuplah buat nelpon Deden di New York. Baru saja Gadis mau masuk ke wartel tiba-tiba ada suara yang memanggilnya

“Gadis…” kata orang yang ada di dalam mobil yang diparkir pas di depan wartel.

“Siapa ya?” ujar Gadis kaget, mencoba mencari dari mana suara itu berasal.

Orang itu diam dan tersenyum, lalu keluar dari mobil menghampiri Gadis.

“Deden…” desah Gadis, hampir saja dompetnya terlepas dari tangannya.

“Ehm kau mau ikut aku?” ajak Deden,”Kita cari tempat biar bisa ngobrol kayak dulu”

Tak lama kemudian Gadis dan Deden sudah berada di dalam mobil dan meluncur kembali ke jalanan. Sementara Sinyo rupanya sempat melihat mereka dari depan bar-nya.



Seminggu kemudian, hujan turun deras pada malam itu. Dan bar “Sudi Mampir” tampak sepi. Indra melangkahkan kakinya masuk ke dalam bar, dan langsung mencari tempat di dekat bartender.

“Alo my man!!” seru Sinyo sambil memberikan gelas dan minuman favorit Indra, “Busyet masih hidup lu!”

“Hehehe…” sahut Indra dingin,”Gadis kemana ya? Di rumahnya kok ga ada? Masih sering ke sini kan?”

“Gadis…udah seminggu ga kesini…” sahut Sinyo,”Kayaknya udah kecantol cowo lain kali”

“Maksud lu apa?” tanya Indra serius

“Ehm kayaknya gue terakhir liat dia pergi naik mobil sama cowo di depan wartel deket bar gue itu…dan….lho Dra mau kemana?!” seru Sinyo kaget melihat Indra langsung pergi dari bar-nya.

Indra segera melajukan mobilnya dengan kencang. Pikirannya berkecamuk, mencoba menebak-nebak kemana Gadis pergi dan dengan siapa Gadis pergi.



Dinginnya malam tak membuat Deden dan Gadis berhenti untuk berenang di kolam renang yang ada di komplek hotel itu.

“Ehm Dis…aku besok harus kembali ke New York,” kata Deden mulai serius,”Gue senang banget kalo kita bisa bersama-sama lagi seperti ini di lain waktu dan dalam wktu yang lebih lama”

“Oh…” seru Gadis tertahan,”Tentulah..kok ngomongnya gitu sih?”

“Ehm Den…sebenarnya ada apa sih?” tanya Gadis,” Soalnya gue perhatiin lu kayaknya ada sesuatu yang lu sembunyiin deh”

“Aku rasa kamu udah tahu apa yang aku inginkan,” jawab Deden,”dan kamu udah jawab dulu…tapi sekarang aku selalu menunggu jika saja jawabanmu itu berubah.”

Gadis terdiam, merenungi ucapan Deden.

“Eh hari sudah malam nih, aku antar kamu pulang ya,” ajak Deden,”Aku besok berangkat pagi, soalnya pesawatnya berangkat jam 9 pagi”



Tampak Gadis belum tidur, matanya masih memandang ke langit-langit. Pikirannya masih dipenuhi ucapan Deden. Mamanya yang memperhatikan gerak-gerik putrinya lalu menemaninya di kamar.

“Gimana sih Ma…caranya membaca keinginan kita yang paling dalam?” tanya Gadis sambil merubah posisi tidurnya dengan meletakkan kepalanya ke paha Mamanya.

“Ehm paling dalam? Itu sangat susah sekali sayang,” jawab Mama Gadis sambil mengelus-elus kepala Gadis,”Tapi terkadang yang ada di paling dalam itu justru keluar dengan sendirinya dan bisa jadi keluar tanpa kita sadari…seperti tahu-tahu kita menyebutkan sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan…kira-kira seperti itulah…Dis…Gadis….”

Ternyata Gadis sudah tertidur lelap. Lalu Mamanya dengan pelan membetulkan posisi tidur Gadis dan menyelimutinya.

Tiba-tiba Mama Gadis dikagetkan dengan Papa Gadis yang ternyata ikut mendengarkan pembicaraan ibu dan anak.

"Ternyata Gadis sama persis kayak kamu, Ma" ujar Papa Gadis

"Aduh Papa nguping ya" sahut Mama Gadis sedikit kaget,"Sok tahu ah."

"Sok tahu gimana?!" seru Papa Gadis,"Kamu inget ga? kalo aku ga mati-matian mohon cintamu, pasti kamu sudah nikah sama pencandu narkoba yang selalu kamu bilang baik itu."

"Kamu tuh ga bisa bedain mana cinta dan mana suka, mana teman dan mana pacar,...ya seperti Gadis sekarang kebingungan." Papa Gadis nyerocos sendirian, sementara Mama Gadis pura-pura masuk ke dalam kamar.

"Moga-moga Gadis bisa melalui kebingungannya dan mendapatkan yang terbaik," seru dalam hati Mama Gadis saat berbaring di kamarnya.



Besok paginya Gadis bersiap-siap hendak ke bandara, mendadak Indra datang ke rumahnya.

“Indra!!” jerit Gadis riang, “Baru datang ya.”

“Iya…jalan yuk” ajak Indra

“Ehm mau kemana pagi-pagi?” tanya Gadis gelagapan,”Kayaknya aku ga bisa nih”

“Ayolah gue cuma sehari nih di Jakarta,” paksa Indra, “ tega lu gue datang dari jauh juga.”

Gadis sangat kebingungan, di satu sisi dia tidak mau kehilangan Indra sebagai sahabatnya, sementara di sisi yang lain dia juga tidak mau mengecewakan Deden. Sempat terlintas bahwa jika ia bertemu Deden maka dia sendiri bingung dengan jawaban apa yang harus di berikan kepada Deden. Gadis merasa terjebak dalam jeratan "cinta unik" di antara dia dan 2 sahabatnya yang sangat dicintainya.

"Baiklah Dra....kita jalan," jawab Gadis

Tiba-tiba bunyi telpon, segera Gadis masuk ke dalam dan mengangkatnya. Ternyata dari Sinyo yang mengkhawatirkan keadaan Gadis setelah melihat sikap Indra semalam.

“Gue ga apa-apa kok hehehehe makasih ya” sahut Gadis, “Tapi gue bingung nih Indra maksa gue ikut dia…padahal…”

“Padahal kamu mau jalan sama Deden ya” kata Sinyo di ujung telpon,”Hahaha kamu sekarang lagi deket sama Deden kan? Ngaku deh”

“Lho kok lu tahu sih?” seru Gadis heran.

“Hehehe inget ga waktu lu mabuk sampai gue musti anterin lu ke rumah?” sahut Sinyo.”Nah secara ga sadar kayaknya lu tulis nama Deden di meja gue tuh…eh…eh…biasanya klo ga sadar gitu berarti itu ada di hati yang paling dalem deh….lho…halo…halo…kok diem sih”

“Eh sori Nyo….ehm lu mau bantu gue ga?,” sahut Gadis yang sempat terdiam beberapa saat, Gadis teringat ucapan mamanya.



Tampak Deden sedang menunggu pesawatnya. Detik demi detik terasa berharga untuk dilalui. Dalam hatinya penuh dengan pertanyaan apakah Gadis akan datang?

“Ehm aku tahu akan begini jadinya..” jerit Deden dalam hati,”Mengapa aku membiarkan diriku mengalaminya lagi?”

Tiba-tiba pundak Deden di tepuk seseorang. Deden langsung membalikkan badannya sambil berseru

“Gadis…”

“Bukan…hehehe gue Sinyo temennya Gadis,” ujar Sinyo,”Gue cuma mau nyampein pesennya Gadis aja…ehm udah siap…gini pesennya…. I…love…you..so.much!!!”

Seketika itu juga tubuh Sinyo dipeluk Deden sambil mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Sinyo kelabakan. Sementara banyak orang memperhatikan mereka. Deden tidak memperdulikan semua itu, karena kini dia sudah memperoleh jawaban pasti akan cintanya terhadap Gadis yang selama ini dinantikannya.

Di dalam mobil Indra, Gadis tersenyum-senyum sendiri. Akhirnya Gadis merasa plong bisa menentukan pilihannya dengan pasti, siapa yang menjadi pasangan hidupnya. Sementara Indra kebingungan melihatnya.

Malam Tahun Baru ini Deden merayakannya dengan Gadis di New York. Dan Dina tersenyum bahagia melihat Indra mempunyai banyak waktu untuk menemaninya menantikan bayi mereka. Sementara Sinyo asyik bergoyang mengikuti irama lagu di bar-nya yang penuh sesak.

Happy New Year….Have a new hope!!!


| 11:11:00 PM




[stories] [tag] [contact] [archive]