Tuesday
Tanya Kenapa
Dalam puncak kemarahan terhadap Jesus, orang-orang Farisi membawa perempuan yang berzinah itu untuk menjebak Jesus. Mereka begitu dendam karena selama ini Jesus selalu saja bisa meluputkan diriNya dari mereka. Sehingga bisa dibayangkan suasana panas yang terjadi. Jika saja ada satu orang yang sengaja melempari batu kepada perempuan itu, bukan tidak mungkin semuanya juga akan serentak melemparinya. Dan tidak bisa dikendalikan lagi. (Yoh 8 :2-6)
Jesus dihadapkan dalam situasi yang sulit. Dalam ayat Yoh 8: 15-18, Jesus mengatakan bahwa diriNya tidak bisa menghakimi, maka Jesus hendak bertanya kepada BapaNya. Saya merasa situasi ini sama seperti saat Jesus sekian lama di kayu salib dan bertanya, "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?" Setelah merasa lelah menerima penderitaan hingga penyaliban, Jesus bertanya kepada BapaNya mengapa diriNya seperti ditinggalkan Bapa, meski begitu Jesus masih sempat mengampuni orang-orang yang menyalibNya.
Demikian pula pada saat Jesus menghadapi desakan orang-orang Farisi untuk menghakimi perempuan yang berzinah itu, Jesus mencoba mengalihkan perhatianNya dengan menulis sesuatu di tanah dengan jariNya. Dia sedang menulis sesuatu kepada BapaNya, "Dia perlu BapaNya, mengapa Dia seperti ditinggalkan BapaNya?"
Orang-orang Farisi terus saja mendesak Jesus yang sedang menulis doaNya itu. Sehingga Jesus pun menjawab mereka sesuai dengan apa yang Dia ingin ajarkan selama ini yaitu tentang kasih. Setelah itu Dia pun kembali tetap menulis doaNya, karena Dia tahu, seperti biasanya, perkataanNya pasti akan tidak akan didengarkan orang-orang Farisi. Setelah itu detik demi detik ketegangan terasa begitu lama berlalu, namun Jesus tetap menulis doaNya. Hingga sampai akhirnya Jesus merasa suasana sekitarNya kemudian menjadi hening, dan dilihatNya tidak ada satupun orang-orang Farisi. Jesuspun bertanya kepada perempuan itu, dan perempuan itupun menjawab bahwa orang-orang Farisi pergi begitu saja.
Sebenarnya perkataan Jesus "Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" tidaklah terlalu berarti buat orang-orang Farisi yang sedang panas hati. Kalo seorang pengacara pasti akan balas menjawab,"Kita sedang mengadili perempuan itu, bukan semua orang yang hadir..." Apalagi orang-orang Farisi, yang selalu saja membantahNya!!
Sama halnya seperti saya ketika berkata "saya dalam kasihNya", kadang saya bisa menangis, tapi kadang juga saya tidak merasakan apa-apa. Firman Tuhan tanpa sentuhan Tuhan sangat rentan dipengaruhi oleh mood kita pada saat itu, kita perlu hadirat Bapa. Kita bisa bayangkan bagaimana mungkin orang-orang Farisi yang sedang marah-marahnya tapi bisa mengakui bahwa dirinya adalah orang yang bersalah dan tidak pantas menghukum orang bersalah?? Saya yakin hadirat Bapalah yang telah menyentuh hati setiap orang-orang Farisi.
Maka sama seperti Jesus, kitapun tidak tahu kenapa Bapa sepertinya meninggalkan kita. Kita tidak tahu kehendak Bapa, dan kita tidak akan tahu tanpa seijin Bapa. Tapi yang pasti, saat kita bertanya kenapa Bapa sepertinya meninggalkan kita, Jesus tahu perasaan kita, karena Diapun pernah seperti itu. Dan Jesus akan menemani kita, detik demi detik. Dia tidak akan meninggalkan kita, seperti Jesus yang tidak meninggalkan perempuan berzinah itu. Bahkan bukan tidak mungkin Jesus segera membela perkara kita di hadapan Bapa, karena Diapun tahu bagaimana rasanya kita saat menanti-nantikan jawaban doa kita.
| 4:12:00 PM
[stories]
[tag]
[contact]
[archive]
Tuesday
Tanya Kenapa
Dalam puncak kemarahan terhadap Jesus, orang-orang Farisi membawa perempuan yang berzinah itu untuk menjebak Jesus. Mereka begitu dendam karena selama ini Jesus selalu saja bisa meluputkan diriNya dari mereka. Sehingga bisa dibayangkan suasana panas yang terjadi. Jika saja ada satu orang yang sengaja melempari batu kepada perempuan itu, bukan tidak mungkin semuanya juga akan serentak melemparinya. Dan tidak bisa dikendalikan lagi. (Yoh 8 :2-6)
Jesus dihadapkan dalam situasi yang sulit. Dalam ayat Yoh 8: 15-18, Jesus mengatakan bahwa diriNya tidak bisa menghakimi, maka Jesus hendak bertanya kepada BapaNya. Saya merasa situasi ini sama seperti saat Jesus sekian lama di kayu salib dan bertanya, "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?" Setelah merasa lelah menerima penderitaan hingga penyaliban, Jesus bertanya kepada BapaNya mengapa diriNya seperti ditinggalkan Bapa, meski begitu Jesus masih sempat mengampuni orang-orang yang menyalibNya.
Demikian pula pada saat Jesus menghadapi desakan orang-orang Farisi untuk menghakimi perempuan yang berzinah itu, Jesus mencoba mengalihkan perhatianNya dengan menulis sesuatu di tanah dengan jariNya. Dia sedang menulis sesuatu kepada BapaNya, "Dia perlu BapaNya, mengapa Dia seperti ditinggalkan BapaNya?"
Orang-orang Farisi terus saja mendesak Jesus yang sedang menulis doaNya itu. Sehingga Jesus pun menjawab mereka sesuai dengan apa yang Dia ingin ajarkan selama ini yaitu tentang kasih. Setelah itu Dia pun kembali tetap menulis doaNya, karena Dia tahu, seperti biasanya, perkataanNya pasti akan tidak akan didengarkan orang-orang Farisi. Setelah itu detik demi detik ketegangan terasa begitu lama berlalu, namun Jesus tetap menulis doaNya. Hingga sampai akhirnya Jesus merasa suasana sekitarNya kemudian menjadi hening, dan dilihatNya tidak ada satupun orang-orang Farisi. Jesuspun bertanya kepada perempuan itu, dan perempuan itupun menjawab bahwa orang-orang Farisi pergi begitu saja.
Sebenarnya perkataan Jesus "Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" tidaklah terlalu berarti buat orang-orang Farisi yang sedang panas hati. Kalo seorang pengacara pasti akan balas menjawab,"Kita sedang mengadili perempuan itu, bukan semua orang yang hadir..." Apalagi orang-orang Farisi, yang selalu saja membantahNya!!
Sama halnya seperti saya ketika berkata "saya dalam kasihNya", kadang saya bisa menangis, tapi kadang juga saya tidak merasakan apa-apa. Firman Tuhan tanpa sentuhan Tuhan sangat rentan dipengaruhi oleh mood kita pada saat itu, kita perlu hadirat Bapa. Kita bisa bayangkan bagaimana mungkin orang-orang Farisi yang sedang marah-marahnya tapi bisa mengakui bahwa dirinya adalah orang yang bersalah dan tidak pantas menghukum orang bersalah?? Saya yakin hadirat Bapalah yang telah menyentuh hati setiap orang-orang Farisi.
Maka sama seperti Jesus, kitapun tidak tahu kenapa Bapa sepertinya meninggalkan kita. Kita tidak tahu kehendak Bapa, dan kita tidak akan tahu tanpa seijin Bapa. Tapi yang pasti, saat kita bertanya kenapa Bapa sepertinya meninggalkan kita, Jesus tahu perasaan kita, karena Diapun pernah seperti itu. Dan Jesus akan menemani kita, detik demi detik. Dia tidak akan meninggalkan kita, seperti Jesus yang tidak meninggalkan perempuan berzinah itu. Bahkan bukan tidak mungkin Jesus segera membela perkara kita di hadapan Bapa, karena Diapun tahu bagaimana rasanya kita saat menanti-nantikan jawaban doa kita.
| 4:12:00 PM