Tuesday
The Other Effect
Kita tidak bisa menghindari akibat dari perbuatan Adam dan Hawa yang memakan buah terlarang, sehingga kitapun seperti kena warisan akan dosa itu. Tapi mungkin karena kita memandang peristiwa itu sangat dosa, sehingga kita tidak menghiraukan bahwa ada akibat yang lain dari peristiwa itu. Ketika ular berhasil memperdaya Hawa dan Adam makan buah terlarang itu. Pada saat mereka memakannya, langsung terasa akibatnya yaitu mereka merasa malu karena telanjang. Itulah reaksi awal dari buah terlarang yang kita kenal juga sebagai buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Sama seperti kita menerima dosa warisan, kita juga menerima effect dari buah terlarang itu.
Dikatakan ular adalah binatang paling cerdik diantara binatang yang diciptakan Tuhan. Tapi mengapa menggoda manusia makan buah yang terlarang? Bukankah ular tahu itu buah terlarang? Ataukah ular sebenarnya ingin memakan buah itu sehingga menggoda manusia agar memakannya terlebih dahulu dan melihat reaksinya, sungguh cerdik. Perhatikan perkataan ular yang dipakai untuk menggoda manusia, ular mengatakan bahwa memakan buah itu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Sepertinya justru ular yang sangat tergoda untuk memakan buah itu. Tapi sayangnya ular tidak sempat memakannya malah dihukum oleh Tuhan. Sampai sekarang ular tidak pernah merasakan bagaimana rasanya memakan buah pengetahuan itu yang mungkin bisa memuaskan kecerdikannya. Tapi anehnya meskipun manusia sudah makan buah itu, tetap saja masih bisa diperdaya oleh ular (Iblis). Memang kita tahu yang baik dan yang jahat, tapi kita tidak cerdik mengolahnya. Apa gunanya tahu yang baik? Jika kita tidak bisa melakukannya. Apa gunanya tahu yang jahat? Jika kita masih saja melakukannya seperti seolah-olah tidak ada perbedaannya antara yang baik dan yang jahat.
JC berkata kepada murid-muridNya agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, karena mereka akan diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala. JC tidak sedang berkata yang muluk-muluk, kita memang seharusnya bisa cerdik seperti ular! Akibat manusia memakan buah terlarang itu tidak hanya dosa, tapi kita jadi mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki ular. Saya tidak sedang berkata bahwa makan buah terlarang itu benar. Tapi itulah kenyataan yang harus kita terima juga. Sehingga tidaklah aneh JC “menuntut” kita agar menjadi cerdik seperti ular.
Namun jangan lupa JC pun berkata tulus seperti merpati. Ular menggunakan kecerdikannya untuk kepentingannya sendiri. Dan kalo mau jujur, kita pun sering “cerdik” menggunakan yang baik untuk kepentingan diri kita sendiri. Merpati adalah perwujudan Roh Kudus. Merpati itu hinggap di pundak JC ketika Bapa menyebutNya sebagai AnakNya yang diutus. Dan jika kita perhatikan apa yang dilakukan JC selama diutus, tak lain hanyalah ketaatan kepada Bapa yang dilakukanNya bukan dengan “kecerdikan” semata tapi juga dengan ketulusan. Satu-satunya kecerdikan yang JC selalu gunakan hanyalah bahwa JC tahu Bapa adalah sumber kekuatanNya, selebihnya adalah ketulusan yang memampukanNya melakukan kehendak Bapa.
Ya kita seperti domba di tengah-tengah serigala. Dunia semakin jahat. Kita mungkin akan merasakan ketidak nyamanan, tersiksa, bahkan terbunuh. Marilah kita cerdik dengan apa yang kita ketahui, yang kita yakini. Kita mampu untuk itu, kita telah makan buah itu, kita tahu sesuatu yang tidak diketahui Iblis, yaitu kita tahu bahwa kita mempunyai Yang Baik
Saya percaya manusia pada saatnya boleh makan buah pengetahuan itu, tapi bukan dengan cara yang tidak baik. Bahkan bukan tidak mungkin, melarang memakan buah itu adalah salah satu tahap sampai manusia bisa memakannya nanti di saat yang tepat. Tapi sayang, kita gagal menangkis kecerdikan ular, dan kita makan buah itu bukan pada saat yang tepat. Sekarang JC telah melengkapi kita dengan ketulusan lewat pengorbananNya di kayu salib, supaya Roh Kudus datang dalam kita sebagai penolong…dan inilah saat yang tepat itu.
| 3:01:00 PM
[stories]
[tag]
[contact]
[archive]
Tuesday
The Other Effect
Kita tidak bisa menghindari akibat dari perbuatan Adam dan Hawa yang memakan buah terlarang, sehingga kitapun seperti kena warisan akan dosa itu. Tapi mungkin karena kita memandang peristiwa itu sangat dosa, sehingga kita tidak menghiraukan bahwa ada akibat yang lain dari peristiwa itu. Ketika ular berhasil memperdaya Hawa dan Adam makan buah terlarang itu. Pada saat mereka memakannya, langsung terasa akibatnya yaitu mereka merasa malu karena telanjang. Itulah reaksi awal dari buah terlarang yang kita kenal juga sebagai buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Sama seperti kita menerima dosa warisan, kita juga menerima effect dari buah terlarang itu.
Dikatakan ular adalah binatang paling cerdik diantara binatang yang diciptakan Tuhan. Tapi mengapa menggoda manusia makan buah yang terlarang? Bukankah ular tahu itu buah terlarang? Ataukah ular sebenarnya ingin memakan buah itu sehingga menggoda manusia agar memakannya terlebih dahulu dan melihat reaksinya, sungguh cerdik. Perhatikan perkataan ular yang dipakai untuk menggoda manusia, ular mengatakan bahwa memakan buah itu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Sepertinya justru ular yang sangat tergoda untuk memakan buah itu. Tapi sayangnya ular tidak sempat memakannya malah dihukum oleh Tuhan. Sampai sekarang ular tidak pernah merasakan bagaimana rasanya memakan buah pengetahuan itu yang mungkin bisa memuaskan kecerdikannya. Tapi anehnya meskipun manusia sudah makan buah itu, tetap saja masih bisa diperdaya oleh ular (Iblis). Memang kita tahu yang baik dan yang jahat, tapi kita tidak cerdik mengolahnya. Apa gunanya tahu yang baik? Jika kita tidak bisa melakukannya. Apa gunanya tahu yang jahat? Jika kita masih saja melakukannya seperti seolah-olah tidak ada perbedaannya antara yang baik dan yang jahat.
JC berkata kepada murid-muridNya agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, karena mereka akan diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala. JC tidak sedang berkata yang muluk-muluk, kita memang seharusnya bisa cerdik seperti ular! Akibat manusia memakan buah terlarang itu tidak hanya dosa, tapi kita jadi mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki ular. Saya tidak sedang berkata bahwa makan buah terlarang itu benar. Tapi itulah kenyataan yang harus kita terima juga. Sehingga tidaklah aneh JC “menuntut” kita agar menjadi cerdik seperti ular.
Namun jangan lupa JC pun berkata tulus seperti merpati. Ular menggunakan kecerdikannya untuk kepentingannya sendiri. Dan kalo mau jujur, kita pun sering “cerdik” menggunakan yang baik untuk kepentingan diri kita sendiri. Merpati adalah perwujudan Roh Kudus. Merpati itu hinggap di pundak JC ketika Bapa menyebutNya sebagai AnakNya yang diutus. Dan jika kita perhatikan apa yang dilakukan JC selama diutus, tak lain hanyalah ketaatan kepada Bapa yang dilakukanNya bukan dengan “kecerdikan” semata tapi juga dengan ketulusan. Satu-satunya kecerdikan yang JC selalu gunakan hanyalah bahwa JC tahu Bapa adalah sumber kekuatanNya, selebihnya adalah ketulusan yang memampukanNya melakukan kehendak Bapa.
Ya kita seperti domba di tengah-tengah serigala. Dunia semakin jahat. Kita mungkin akan merasakan ketidak nyamanan, tersiksa, bahkan terbunuh. Marilah kita cerdik dengan apa yang kita ketahui, yang kita yakini. Kita mampu untuk itu, kita telah makan buah itu, kita tahu sesuatu yang tidak diketahui Iblis, yaitu kita tahu bahwa kita mempunyai Yang Baik
Saya percaya manusia pada saatnya boleh makan buah pengetahuan itu, tapi bukan dengan cara yang tidak baik. Bahkan bukan tidak mungkin, melarang memakan buah itu adalah salah satu tahap sampai manusia bisa memakannya nanti di saat yang tepat. Tapi sayang, kita gagal menangkis kecerdikan ular, dan kita makan buah itu bukan pada saat yang tepat. Sekarang JC telah melengkapi kita dengan ketulusan lewat pengorbananNya di kayu salib, supaya Roh Kudus datang dalam kita sebagai penolong…dan inilah saat yang tepat itu.
| 3:01:00 PM